Posts tagged Persalinan

Terima Kasih Rumah Bersalin Anny Rahardjo

Setelah 30 jam di RSIA Masmitra, gw+istri+Keenan akhirnya kembali ke RB. Anny Rahardjo, PasarRebo. Kami dijemput dan diantar langsung oleh suami dari Bidan Any sendiri dengan kendaraan pribadinya.

Gw cukup apresiatif dengan pelayanan dari RumahBersalin ini. Ga salah kalo banyak yang merekomendasikan pemeriksaan kehamilan ataupun persalinan di sini..

Dan sebagai bentuk apresiasi…, gw sampaikan kisah gw dan istri sepanjang kehamilan dan persalinannya di RB. Anny Rahardjo.

Begini:

Semenjak kepindahan gw+istri ke PasarRebo. Kami juga disibukkan dengan pencarian tempat memeriksakan kehamilan yang representatif. Yak, istri gw waktu itu baru menginjak masa kehamilan 2 bulan.

Jam kerja istri gw menuntut waktu tersisa untuk periksa kehamilan hanya pada malam hari, alias sepulang dy kerja. Dan cukup terbatas tempat bersalin yang buka malam hari di sekitar PasarRebo. Sampai ada sebuah rekomendasi yang cukup bijak mengacu pada Bidan Any di RB. Anny rahardjo.

Selain buka praktek malam hari, lokasinya juga ternyata tidak begitu jauh dari tempat kami tinggal. Hanya beberapa ratus meter ke arah barat jika jalan kaki menembus gang sempit di antara perkampungan. Tapi menjadi 700 m kalo naik kendaraan.

Lokasinya pastinya di Jl. H. Taiman Raya No. 1 Kel. Gedong Kec. Pasar Rebo Jakarta Timur.

Menurut gw, tempat praktek bidannya cukup hommy. Tidak seperti di klinik pada umumnya. Istri gw juga langsung pewe dan mudah berbaur dengan sesama perbuncitan, para perawat, maupun Bidan Any sendiri. Kalo mau USG, bisa juga sekalian dimari. Ada dokter Bambang yg akan mengobservasi.

Yang cukup mengesankan. Dokter dan Bidan di sini sangat pro dengan melahirkan secara normal, inisiasi dini, dan ASI eksklusif. Makanya segala perawatan dan sugesti yang diberikan disini, ditujukan agar para ibu di sini bisa melahirkan bayinya secara normal dan memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Sangat sesuai dengan label Bidan Delima yang terpampang di pintu depan klinik ini.

Di samping klinik, ada Rumah Bersalin sekaligus Akademi Kebidanan. RB ini hanya terdiri dari 5 kamar dengan 7 bed. Alhamdulillah, istri gw sudah pernah merasakan semua kamarnya!

Hehe… Soalnya pada waktu pertama kali masuk, gw langsung pesan Ruang Anggrek (Kelas I) yang isinya lebih mirip kamar apartemen mini. Tapi gara2 sudah dipesan pasien sebelumnya yang sedang proses operasi cesar, akhirnya istri gw harus keluar dan dipindahkan ke Ruang Aster (kelas II) yang mirip kamar klinik pada umumnya dan terdiri dari 2 bed.

FYI, di situlah awalnya istri gw mempertaruhkan nyawa, hingga akhirnya berakhir pada pilihan di Cesar di RSIA Masmitra.

Sepulang dari Masmitra, istri gw dan Keenan ditempatkan di Ruang Anyelir (kelas II) yang bersuasana rumahan dan hanya ada 1 bed di dalamnya. Pasien yang tinggal di ruangan ini pasti sudah kembali ke rumah. Soalnya semua perabot dan desainnya lebih mirip kamar rumahan pada umumnya.

Oiya… Mengenai RSIA Masmitra, itu adalah RSIA rekanan dari RB Anny Rahardjo jika ada pasiennya yang harus dicesar. Di sini pula Dokter Bambang praktek. Jangan kuatir, proses menuju RSIA Masmitra jika harus dicesar, hingga penjemputan kembali ke RB akan menjadi tanggung jawab RB Anny rahardjo.

fYI, belakangan gw baru tahu kalau Bidan Any adalah salah satu bidan senior di Jakarta yang jam terbangnya tidak diragukan lagi. Kampanye2nya mengenai ASI ekslusif sudah sering digemborkan dalam tiap acara maupun seminar kebidanan dan kesehatan ibu-anak.

‘Ilmu kedokteran berjalan dan berubah terus dari waktu ke waktu, kalau kita tidak mengikutinya dan tetap berpikir seperti hari kemaren, maka kita tidak akan pernah maju. Dulu susu formula menyita tempat di hati para ibu, penelitian sekarang prefer pada ASI eksklusif tanpa tambahan apapun hingga 6 bulan. Maka kalau kita tidak mensosialisasikannya, maka itu adalah sebuah kesalahan!’
Kira2 seperti itulah prinsipnya.

Terima Kasih RB Anny Rahardjo!

Comments (19) »

Namanya Keenan!

Sesuai kesepakatan, kami namai anak pertama kami ini: Keenan Fashori Punayuga.

FYI, nama ini disusun dari beberapa keinginan mulai dari gw sendiri, mertua gw, istri gw, dan adek ipar gw. Ya ya ya… cari nama bayi memang gampang2 susah, makanya gw minta masukan dari mereka.

Gw sendiri suka sama nama yang ada dobel hurufnya, seperti: zz, aa, ee, dan sejenisnya. Istri gw lebih suka nama dengan awalan bukan dari A, tapi dengan nama2 panjang sampe empat kata-nama. Katanya aturan paspor sekarang begitu.

Mertua gw, seperti yang gw duga sebelumnya, suka sama nama hasil penyingkatan2. Sama seperti nama anak2nya (termasuk istri gw).

Kata pertama nama anak gw didapat sewaktu jalan ke Gramedia Graha Cijantung. Dari sebuah buku, gw dapat kata dalam bahasa Irlandia: ‘KEEN’, yang berarti gagah berani ;dan ‘KEENAN’, yang berarti si kecil yang gagah berani.

Sebelum nama tengah, nama belakang lebih dulu ditemukan. Atas saran ibu mertua, gabungan singkatan tempat lahir gw+istri bisa memunculkan nama yang bagus: ‘YUGA’, Indramayu+Garut.

Tadinya beliau menyarankan ‘YUGA’ menjadi nama depan cucu pertamanya ini, tapi setelah gw pertimbangkan lagi… Kayanya ga adil kalo identitas itu hanya dipake sendiri oleh anak pertama gw. Adek2nya pasti nanti ngiri karna ga menyandang nama itu!

Akhirnya diputuskan, ‘YUGA’ akan dijadikan nama belakang setelah dipanjangkan menjadi ‘PUNAYUGA’ yang merupakan singkatan dari ‘Putrana Indramayu+Garut’. Hehehe… Harapannya kalopun adek Keenan nanti cewe, nama Punayuga bisa juga berarti ‘Putrina Indamayu+Garut‘.

Ada perdebatan yang cukup sengit untuk nama tengah! Intinya mertua gw pengin ini merupakan singkatan dari Tri Sukses Keberhasilan Pembinaan Pemuda/Remaja: Soleh, Faham,dan Mandiri. Jadilah singkatannya menjadi SOFARI, FARISHA, atau FASHORI. Dan akhirnya gw pilih opsi terakhir.

Jadilah Keenan Fashori Punayuga

Yang berarti anak yang gagah berani, faham agama, sholeh,dan mandiri, putra dari Ayah kelahiran Indramayu dan Bunda kelahiran Garut.

Leave a comment »

Detik-Detik Menjadi Ayah: Part 2

RS Masmitra Jatimakmur Bekasi

Tengah malam..

Sambil menunggu jam 4 pagi, dimana nasib istriku selanjutnya dimulai dari sini…

Di deretan bangku tunggu rumah sakit ini aku mencoba berbaring. Merasakan dinginnya sandaran bangku logam di sekujur tubuhku. Mencoba memejamkan mata dan menyerahkan jiwaku kepada malam. Mencoba tenang. Menenangkan diri. Menyelami sepi. Sendiri.

Malam ini…

Kumohon, segeralah berakhir!

Karena aku sudah lelah: Perjuangan hidupmati, sugesti menahan rasa sakit, pertentangan hati, kekuatiran mendalam, terbeloknya takdir…

Tuhan, ini ku kembalikan..

Ku kembalikan semua rencana yang kupesan dan ku buat untuk episode ini,

semuanya ku kembalikan lagi padaMu…

Aku sangat lelah. Lelah menahan kuasaMu ini. Dan setelah deretan peristiwa yang ku lalui dalam episode ini, aku hanya berharap serpihan2 ceritanya masih bisa diingat untuk diceritakan kembali kepada anakku nantinya:

Nak…., Dimulai dari minggu pagi lalu,

Setelah kedua kalinya Bunda ‘dipulangkan’ oleh pihak RumahBersalin, Ayah jadi lebih berhati2 mengindikasikan saat melahirkannya Bunda. Ayah sendiri ga bisa memaksakan diri menentang tindakan Rumahbersalin ini. Memang benar, daripada Bunda stress kalo dititipkan di sana karena memang belum waktunya melahirkan, mending pulang lagi.

Tapi malamnya,

Setelah seharian tangan ini menahan cengkeraman Bunda akibat ledakan rasa sakit kontraksi di perutnya. Ayah nyerah. Jam 22, ditemani Mbah, Tante Atik, dan Om Tata; Ayah bawa lagi Bunda ke Rumahbersalin.

Hasil observasi kali ini: sudah ada pembukaan 3!

Alhamdulillah,

Berarti memang sudah waktu tiba.

So, malam ini juga kami menginap di Rumahbersalin sambil menunggu kabar kelanjutannya. Fyi, seandainya pembukaan berikutnya lancar, maka senin pagi itu bayi kami bisa lahir normal.

Unfortunately,

Setelah seharian menahan kontraksi, tidak ada tanda2 kemajuan untuk tahap pembukaan berikutnya. Cemas. Bunda mulai lemas, kehabisan tenaga.

Dan Bunda mulai berhalusinasi dengan alam bawah sadarnya!

Opsi dokter hanya dua: 1. Langsung Cesar sore ini juga,2. Tunggu dr. Bambang besok untuk observasi mendalam kalo mau lahir normal. Kami pilih opsi 2. Karna Bunda yakin masih bisa menahan kontraksi2 berikutnya!

Jam 21.30.

Setelah sekian lama menunggu, sepertinya tidak ada perkembangan sama sekali. Dan Ayah pasrah ga bisa lagi mensugesti Bunda. Rasa sakit itu semakin menjadi. Obat, doa, dan sugesti tidak ada gunanya!

Malam itu juga, Bunda mendadak minta dicesar saja! “Selamatkan bayinya!”, Begitu pekiknya!

Panik.

Kami segera berkemas untuk membawa Bunda ke rumah sakit rujukan untuk cesar. Dengan diangkut kendaraan rumahbersalin, kami menuju UGD RS. Masmitra.

22.30.

Setibanya di RS. Mlasmitra Ayah menandatangani beberapa dokumen yang Ayah sendiri belum sempat membaca seluruh isinya. Yang Ayah tau: Keputusan Ayah malam ini sangat penting!

Alhamdulillah, beberapa saat kemudian, AbahAnom, Ninda, Uje, dan Tulang datang ke RS Masmitra juga. Paling tidak Ayah ada yang mendampingi di tengah kegalauan ini.

Jam 22.50. Akhirnya Bunda masuk ruang operasi.

Sayangnya Ayah ga bisa mendampingi, karna selama waktu persiapan operasi tadi, Ayah sempatkan diri untuk sholat isya yg hampir terlewatkan. Sebagai gantinya, AbahAnom yg mendampingi dan berhasil mengabadikan moment ini:


Sepanjang operasi cesar yg hanya 10 menit, Ayah hanya menunggu dan berdoa. Jam 23.30 kami semua sudah bisa melihat janin merah yang dikeluarkan dari rahim Bunda.

Subhanallah!

Kaki-kaki kecil itu sangat lembut bergerak. Mata indahnya terbuka sempurna. Panjangnya 54cm, beratnya 3,3 kg. Rambutnya begitu hitam lebat. Kepala kecilnya bundar sempurna.

Inikah anak laki2 Ayah?

Tapi layang pikiran Ayah langsung tertuju pada dimana Bunda? Ga ada Bunda di sekitar bayi mungil ini?

Oops, ternyata Bunda masih dalam perawatan post operasi. Ayah baru bisa melihatnya setengah jam kemudian. Tentunya dengan kondisi masih lemah dan mati rasa karna pengaruh anaestesinya masih ada.

God, Ayah bersyukur Bunda baik2 saja. Dua lipat sakit yang dideritanya sepanjang malam ini adalah buah pembelaannya demi sebuah kehidupan baru.

Alhamdulillah…

Ayah akan menemaninya. Ayah akan terjaga untuknya sepanjang malam ini. Sekalipun Abah Anom dan yang lain akan pulang malam ini juga. Ayah akan tetap disamping Bunda.

Menunggu perkembangannya menuju empat jam lagi, untuk tahu status post operasi ini cukup aman baginya. Bagi kehidupannya selanjutnya.

Leave a comment »

Detik-Detik Menjadi Ayah: Part 1

Gw blm bisa cerita banyak. Yang pasti hari ini sangat berat. Mudah2an foto2 ini bisa menjawabnya: Beginilah proses kelahiran anak pertama gw:

lihat sedikit videonya disini

Leave a comment »

Ketika ini Menjadi Lebih Cepat dari yang Diduga!

Jagorawi, 10.20 am,
Maaf kalo lama bgt gw ga posting!
Ini juga daripada gw ngelamun yang iya2, mending mencoba mengingat kembali semua yang terjadi belakangan ini.

Here goes…

Beberapa waktu lalu gw cukup lega dengan kondisi kehamilan istri gw. Semuanya sehat2 saja, janin di dalam rahimnya pun sudah mulai masuk jalan lahir. Tidak lagi sungsang seperti bulan2 sebelumnya. Lega karna peluang untuk melahirkan normal cukup besar. Masih tidak berubah dari awal sebelumnya, tanggal 28 Maret diperkirakan bayi kami lahir, begitu kata dokternya.

Bahagia.

Awal bulan ini waktu gw pun dihabiskan bwt nyari keperluan bayi, survey tempat bersalin alternatif, ngurus asuransi kalo memang dibutuhkan, dan mengabarkan ke semua famili akan datangnya peristiwa penting, yaitu: Persalinan istri gw.

Beruntung bokapnyokap gw bersedia tinggal bareng gw bwt mendampingi saat-saat yang akan kami lalui. Mereka datang Rabu kemaren dari Indramayu, so gw bisa konsen mempersiapkan seminar I judul tesis gw.

Jumatnya gw ke bogor, dengan materi Seminar setengah mateng. Asli! Sebelumnya gw ga punya banyak waktu bwt mempersiapkannya! Tapi gw bs lega meninggalkan istri gw di rumah ditemani bokapnyokap. Prosedur teknis kalo tiba2 ada tanda2 kelahiran putra pertama kami sudah gw sampaikan. Mulai dari mencari taksi, kemana harus istri gw dibawa pergi, dan gimana cara menghubungi gw. Sambil tetap berharap, peluang terjadinya keadaan darurat ini sangat kecil karna masih seminggu lagi dari dugaan.

Di kelas perkuliahan malam, sambil nyimak paparan rencana judul tesis teman2, jemari gw ga pernah lepas dari laptop. Berpura2 memperhatikan presentasi mereka, gw tetap berpikir keras menyusun makalah Seminar gw.

Sehabis kuliah gw pulang ke kosan di Bogor, rencananya malam itu gw begadang lanjutin bikin powerpointnya. Mudah2an keburu kelar sebelum besok sorenya coz jadwal presentasi gw besok Sabtu jam 14.30.

Masih cukup waktu.

Jam 01 pagi istri gw telpon. Rupanya saat darurat itu terjadi juga! Ada flek keluar katanya, dan dini hari itu juga dibantu mertua gw yang dipanggil langsung dari Bekasi (plus bokapnyokap gw tentunya) langsung menuju RumahBersalin Anny Rahardjo tempat istri gw rutin memeriksakan kandungannya.

Blank. Berat. Ga bs konsen dengan kejadian darurat tengah malam itu!

Gimana kalo anak gw bener2 lahir pagi ini. Gimana caranya gw ke PasarRebo nemenin persalinan istri gw? Adakah taksi pagi buta begini di Bogor? Gmn nasip seminar rencana tesis gw? Kekuatiran itu bertumpuk di kepala gw!

Tapi beberapa jam kemudian, gw dikabari kalo istri gw dipulangkan oleh pihak RumahBersalin karna memang belum waktunya. Belum ada pembukaan. Dia dibolehkan kembali kalo memang sudah ada pembukaan. Mungkin butuh beberapa hari lagi menurut observasi mereka.

Alhamdulillah, gw bisa lega. Paling ga presentasi hari ini bisa gw selesain secepatnya. Gw ga mau kelahiran anak pertama gw tanpa kehadiran gw disamping ibunya.

Sekalipun situasi cukup terkendali, istri gw tetep berharap gw sesegera mungkin pulang ke PasarRebo, coz apapun tetap akan bisa terjadi dalam kondisi ini!

Setelah solat subuh, gw ngebut bikin presentasi sampe gw telat kuliah! Jam 09 gw baru masuk ruang kuliah. Gw sih berharap bisa lebih dulu presentasi, kemudian izin pulang mendampingi istri gw di rumah. Kali aja nanti (takutnya) terjadi apa2 lagi. Alhamdulillah… Untungnya teman yg presentasi pagi ini belum datang. Gw akhirnya inisiatif memulai presentasi seminar I tesis gw pada jam pertama dengan dihadiri hanya 6 orang saja!

Dan pagi menjelang siang ini. Di atas Bus Kramatjati yang melesat di sepanjang Jagorawi sejauh 43 km menuju Jakarta, gw terus berdoa. Berdoa semoga gw siap, dan istri gw disiapkan. Agar kami tetap dilindungi atas kegalauan2 hati kami.

Kalaupun ini menjadi lebih cepat… kuharap ini adalah yang terbaik bagi gw, istri gw, dan kelahiran buah hati kami.

Doakan kami!

Leave a comment »